7/10/2009

kabar baik

bagi teman2 yang membutuhkan habbatussauda atau obat2 herbal lainnya dengan harga ekonomis dan terjangkau dengan kualitas bagus.....
hubungi uli maelin . 08997136498
insya allah tersedia juga kosmetik herbal....
bagi yang ingin sehat alami, cantik alami, dan syar'i

5/30/2009

Cerpen ke-2 U5ELIN
Februari
Jendela kamar kubuka. Aroma subuh berhamburan masuk ke dalam kostan kami yang tidak terlalu luas, namun juga tidak terlalu sempit. Seperti biasa, selesai sholat subuh kusapa dan kulantunkan ayat-ayat Al-Qur’an. Meskipun tidak lama, setidaknya untuk mengawali hari dengan penuh berkah. Amin
Beberapa saat kemudian aku sudah terlena dengan buku-buku pelajaran, Hhhh....ku hembuskan nafas panjang, udara pagi memang segar, sejurus kemudian ku alihkan pandangan pada seorang gadis disebelahku. Gadis itu menutup mata, tubuhnya masih terbalut mukena, ditanganya tergenggam Mushaf. Sambil menggerak-gerakkan mulutnya, dan sesekali ia membukakan matanya. Seperti biasa selesai sholat dan tilawah, ia pasti berbaring sambil menghapalkan ayat Al-Qur’an. Emmm...tapi lihat saja beberapa menit kemudian mulutnya pasti berhenti dan ia kembali tertidur. Meskipun begitu ia senantiasa menyempatkan waktu malamnya untuk ber-Qiyamullail dan betmuhasabah. Yah..itulah dia, Adikku yang tersayang.
--------------------------
Hiruk pikuk masih terus memenuhi ruang kelas. Beberapa Mahasiswa berkelompok dan terlihat asyik berdiskusi, entah apa yang mereka bicarakan namu sesekali tawapun pecah menambah kebisingan kelas. Aku acuh, tak peduli akan sekelilingku. Beberapa temanku sibuk dengan tugasnya, mereka terlihat serius. Aku salah satunya,tuga ’sentence writing’ membuatku tak peduli pada sekeliling. Betapa tidak, Bu Nia dosen yang satu ini terkenal ’killernya’. Aku tak ingin bermasalah dengan dosen yang satu ini. Hmm.. sesaat kutermenung, ”kenapa teman-temanku begitu acuh dengan tugasnya ya?” tanyaku dalam hati. Ku hembuskan nafas panjang, pasti sebentar lagi mereka meminta hasil tugasku, sangkaku.
”Wey! Mel, serius amat?eh ntar aku lihat ya?”tiba-tiba fita mengagetkanku.
”Uhh...dasar bisanya Cuma nyontek. Sini kalau mau kerjain bareng, biar sama-sama bisa” tukasku. Temanku yang satu ini memang tidak tahu diri ya, tawaku dalam hati
”Eh, Mel! Maelin itu benar adikmu ya?” Tanya Fita balik, berusaha mengalihkan pembicaraan.
”mmm...kalau iya kenapa? Kalau gak kenapa?” tanyaku kembali, tak mau kalah
”ye..malah balik nanya, enggak Cuma penasaran aja!bener ya dia itu adikmu? Tapi kok beda banget ya?”tanya fia kembali, ia masih penasaran.
Aku berusaha tetap fokus pada tugas, meskipun kini pikiranku bercampur dengan kata-kata yang diucapkan oleh temanku.
”yah..kita memang beda. Setiap manusia kan pasti berbeda, memang kalau bersaudara harus sama? Gak rame donk!” jawabku sekenanya. Aku tidak terlalu menghiraukan pertanyaan dari fita. Bagiku pertanyaan ini sudah sekian kalinya, entahlah aku bosan mendengarnya.
”iya, dari penampilannya saja beda banget!sifatnya kalau dipikir-pikir beda jauh ya? Oya denger-denger maelin itu aktivis juga ya? Emang keliatan dia mah aktif gitu ya?” ujar fita makin menggebu.
”emang gitu, disamping aktif organisasi, akademiknya juga bagus lho! Nilainya aja paling bagus di kelasnya, padahal bisa dibilang dia itu gak pernah belajar lho!” aku ikut terpancing meskipun telingaku agak sedikit panas karena sederet kelebihan adikku yang tak kumiliki.
”oh, gitu! Lha terus kok bisa, gak belajar tapi bagus nilainya? Ditambah kegiatan organisasi. Waduh kalau fita belum tentu bisa balance kayak gitu.” tambah fita
”entahlah yang jelas dia itu suka baca buku, mungkin dari sana kali!” jawabku singkat
Sampai akhirnya Bu Nia masuk kelas, pembicaraan dengan fita terhenti, menyisakan puing-puing kecemasan dalam pikiran dan hatiku. Namun, pelajaran sentence writing berjalan mulus, tugas yang ku kerjakan disambut baik oleh Bu Nia...hmmm, kepuasan menyapaku, meskipun tak banyak, sedikitnya dapat mengurangi kecemasanku. Alhamdulillah, kubersyukur.
.................................
”eh, mba! Tau gak, minggu depan lin mau ke Solo lho! Ada seminar pemuda kebangsaan disana! Dan tau gak, pesertanya dari seluruh Indonesia lho?” ucap Maelin bangga, saat kami sedang bersantai di kamar kost kami, matanya sesaat melirik kearahku dan kemudian ia kembali menekuni buku dihadapannya.
”oh, terus?” jawabku datar, akupun masih sibuk membuka-buka kamus oxford kesayanganku.
”iya, kan keren tuh. Berangkatnya pake kereta pula, elin kan gak pernah naik kereta...hihii” ujarnya kembali dengan wajah berbunga. Lesung pipit menghiasi wajahnya, manis.
”iya-iya, sok weh!asal tonk hilap oleh-olehna otreh?” jawabku mengingatkan.
Meskipun responku tak begitu berlebihan, namun ada daja ras iri dalam hatiku, bukan iri pada kebahagiaan adik sendiri. Namun lebih pada ilmu yang ia miliki, dan apa yang dilakukanya. Bukankah kita boleh iri pada orang yang berilmu dan mengamalkan ilmunya. Hiburku dalam hati
..............................
Pagi ini begitu cerah. Kutatap wajah di cermin. Kami memiliki dua buah cermin yang cukup besar dalam kamar, sehingga memudahkan kami untuk menata diri masing-masing. Pagi ini aku dan adikku harus berangkat kuliah. Ku rapikan baju, celana jins dan kerudung yang kini bertengger di kepalaku.
Kulihat adikku telah mengenakan baju dan rok setelan biru dongkernya ditambah kerudung segi empat menghiasi kepalanya. Jilbabnya menjulur cukup panjang, meutupi dada dan sebagian anggota tubuhnya. Kontars! Itu kata yang tepat bagi kami. Meskipun jilbabku tidak terlalu pendek, namun dibanding dengannya, tak perlu ditanya, kami sangat berbeda. Dalam hal kebersihan dan kerapihan memang adikku kalah, bisa dibilang dalam hal ini aku orang yang protekted, kebersihan dan kerapihan selalu ku utamakan, penampilan juga selalu kuperhatikan sedangkan adikku? Duh..duh nyuci saja paling banter seminggu sekali, jarang sekali ia peduli pada penampilannya. Tak jarang alias sering kali kami bertengkar hanya gara-gara adikku yang tidak mau bersih-bersih. Malasnya itu lho...ampun deh. Yah tapi kalau dalam hal keberanian, kemandirian, dan organisasi, dia ahlinya. Begitulah kami, dua bersaudara yang hanya berbeda satu tahun dan begitu mencolok perbedaan di antara kami. Meskipun begitu, aku sangat bersyukur karena Allah menganugerahkanya padaku. Apa yang ku tak miliki ada padanya, dan apa yang tak ia miliki ada padaku. Semoga kami saling melengkapi. Amin
”wei.. Sist, ngelamun aja. Ayo jangan ngaca terus, pecah tar kacanya!” suara adikku mengagetkanku, menyadarkanku. Memang dia adik yang kurang sopan pada kakaknya ya? Gerutuku dalam hati.
”yuk ah, tar telat lagi. Eh, lin pulangnya kewarnet ya? Ambilin tugas amel?” tanyaku akhirnya.
”wuuuhhh..ambil ndiri, maelin sibuk ah!” jawabnya sambil keluar mendahuluiku.
”ihhh.....lin, amel ada kuliah sampe sore nih. Yah..please?” ujarku lagi
”boleh-boleh, asal ada ongkos jalannya ya?” jawabnya sambil menoleh kearahku
”otreh.....eh, kas bon dulu lah. Hoho...” candaku, sambil berlari kecil mendahuluinya
” weh.. hari gini kas bon? Waduh mba,,,tar bunganya nambah loh,,...” ucap elin kembali. Kamipun melangkah beriringan. Langkah kecil, namun pasti. Menyapa masa depan yang tak kami ketahui. Ketika waktu terus bergulir dan umur kami kian bertambah, masa depan kami pasti berbeda. Namun kuharap masa depannkami cerah, secerah mentari yang menyapa kami di pagi ini. Menemani langkah-langkah kami, menapaki perjalanan hidup mencari arti kehidupan yang sejati.
Wallahu’alam





INVESTASI MASA DEPAN
from:
Uli Maelin
Sang Climber,
Sang Entrepreneur,
Sang Motivator,
Sang Writer,

My Life Story

Semangat Pagi? kali ini saya ingin mengungkap perjalanan hidup dalam kisah “The Wonderful Live”. penasaran bagaimana kisah hidup saya? yuuk kita intip sama-sama….
saat menulis ini saya menginjak umur 19 tahun, tepatnya sekarang tanggal 8 bulan desember 2008, bertepatan pila dengan |Idul Adha lho! saat ini saya sedang bahagia, karena Orang Tua saya yang berada jauh disana “di Desa” menelpon. sungguh senang dan gembira hati ini tiada terkira.

Ok kita mulai perjalanannya ya?
Alhamdulillah saya dilahirkan disebuah rumah yang amat besar dan luas, disebuah desa yang bernama karang mangu kecamatan tonjong kabupaten brebes. saya menyapa dunia dengan tangisan, namun Alhamdulillah anggota tubuh saya komplit tiada kurang sedikitpun, dari pasangan suami istri yang bernama Khusnan & Mujizah. kedua orang tua saya asli jawa alias jawa tulen. Ema (panggilan ibu) adalah orang yang saat ini sangat uli kagumi, beliau adalah wanita pekerja keras. beliau mencari nafkah dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga, meskipun hakikatnya |Abah juga mencari nafkah sebagai Petani. mereka berdua adlah malaikat dunia bagi saya. pasangan petani jujur yang memahami islam serta mengaplikasikannya di kehidupan ini. yaah…ibu saya adalah wanita sholihah, beliau tidak pernah meninggalkan sholat malam juga tilawah al-qur’an. Abah adlah pejuang sejati, belliau dikaruniakan pemikiran yang encer alias cerdas, beliau sangat disegani oleh seluruh warga. yah…begitulah saya bersyukur dikaruniakan orang tua seperti mereka, meskipun ekonomi dikeluaarga kami tidak terlalu mulus. tapi layaknya “keluarga Cemara” disebuah drama Indonesia, kami selalu bahagia….ini bukan palsu lho!

kembali pada saat kelahiran, tepat 1 tahun lebih 5 bualan dari kelahiran kakak yang ke5, pada tanggal 9 bulan ke-9 atau September 1989 (hehe…nomor cantik nih!) saya terlahir didunia ini. orang tua member nama “Uli Maelin”, yang katannya uli berasal dari bahasa arab yaitu Ulil yang artinya orang yang mempunyai, dan maelin dari kata Maelun yang artinya adlah kecenderungan, jadi kalau digabung uli maelin artinya orang yang mempunnyai kecenderungan. saya sendiri bingung maksudnya kecenderungan terhadap apa? lalu orang tua mengatakan bahwa setiap orang tua didunia ini mengharapkan anaknya adlah anak yang baik. maka kecenderungan dalam nama saya adalah doa mereka agar saya memiliki kecenderungan terhadap kebaikan, sekecil apapun itu. duuuh, so sweet ya?

saya adalah anak ke6 dari 7 bersaudara kakak ke-1 sampai ke-3 adalah perempuan, dengan nama 1. Musyarofatul Aliyah, 2. Milkhatul Maola, 3. Siti Nurmila, selang tiga tahun yang ke-4 laki-laki dengan nama Muhammad Ahnuh, selang tiga tahun lagi yang ke-5 perempuan lagi dengan nama Siti Nur Rina, kemudian selang 1 tahun 5 bulan saya terlahir, dan selang 5 tahun dari kelahiran saya, adik laki-laki terlahir bernama Muhammad Yusa. kakak pertama dan ke-2 sudah married dan dikaruniai masing-masing dua putra, jadi keponakan saya berjumlah 4 (semuanya laki-laki). kakak ke-3 “mila” kini bekerja disebuah departemen pemerintahan sambil melanjutkan Studinya di salah satu PTS di bandung. beliau lah yang menanggung beban hidup saya, dari mulai biaya kuliah, makan, bayar kost-an, sampai kebutuhan sehari-hari saya (subhanaalah kan! kakak saya yang satu ini memang pejuang sekali)

bisa dibilang saya satu-satunya anak yang paling berbeda dibanding saudara yang lain. bisa dilihat dari wajah yang katanya tidak mirip dengan saudara-saudara saya, juga nama saya yang berbeda jauh. namun postur tubuh saya bisa dibilang tidak berbeda jauh dengan orang tua dan saudara-saudara yang lain

cerpen maelin yg pertama

Cerpen;

Senja di Langit Biru

kring…kring..kring…

terdengar suara telepon berdering, cepat-cepat Resta manuju pusat suara. ditinggalkannya bawang merah yang sedang asyik ia iris.

“assalamu’alaikum? benar ini dengan teh resta?” suara laki-laki diseberang langsung terdengar begitu gagang telepon ia angkat.

“wa’alaikum salam!iya ini dengan Resta, maaf ini dengan siapa ya?” restapun sontak menjawab

“teteh, kumaha damang?ane Ridwan!masih ingat kan teh,Ridwan Zulkarnaen!” laki-laki itu semakin bersemangat

“bentar-bentar, Ridwan Zulkarnain, ohh kang Ridwan yang ketua bidang pendidikan di Gema dulu kan?eeehh…tumben sudah inget dengan saya?kemana saja?sekarang apa aktifitasnya?” Resta lebih bersemangat lagi, wajahnya Nampak riang

“Yuups..Na’am it’s me!hehee…iya nih the, ingin silaturrohim saja!memang sudah lama tidak pernah kontak ya?Alhamdulillah ane sekarang kerja disebuah perusahaan mobil. teteh sendiri?”suasana mulai cair

“Alhamdulillah kalau gitu mah!habis sejak keluar SMA tidak pernah kontak. saya sekarang ngajar di Tk Salman, yah sambil menyelesaikan kuliah!” resta Nampak sedikit santai, bawang yang ia pegang Nampak menari-nari mengikuti alur pisau ditangannya

“ oh, Alhamdulillah juga..oya teh resta masih kontak dengan teh alma? gimana kabar beliau ya?” suara diseberang Nampak semakin semangat

diam sejenak, resta tahu kemana arah pembicaraannya kini, dan ia paham apa sebenarnya yang ingin diketahui oleh orang yang sedang berbicara dengannya ini

“iya…kami masih kontak, kemarin saya dan teman-teman ketemu dipasar antri dan ternyata beliau sudah menikah satu tahun yang lalu. kita juga sempat kaget karena tidak pernah dikabari, bahkan sempat su’udzan ngeliat beliau jalan berdua dengan seorang ikhwan” suaranya kini mulai merendah, ia takut mengatakan sesuatu yang salah

suasana sunyi…diluar hujan masih mengguyur kota kecil, Cimahi. hanya suara rintik hujan yang masih terdengar. beberapa waktu lamanya mereka terdiam

“halo..kang ridwan masih disana? afwan masih ada kan?” akhirnya resta memulai pembicaraan kembali, nampaknya ia tidak sabar dengan suasana seperti itu. ia sebenarnya ingin tahu bagaimana reaksi dan komentar ridwan walaupun hanya sekedar ucapan turut bahagia atau apaun itu.

setelah beberapa saat tiba-tiba resta mendengar suara isak tangis, sumber suara itu ada diseberang teleponnya. makin lama makin menjadi, Nampak kepiluan yang teramat. ambil menyebut asma Allah, dan diselingi kalimat istighfar tangisan itu terus menyayat.

resta panik…..

suasana kelas Nampak begitu ramai, pukul 09.30 adalah waktunya istirahat sekolah. semua terlihat sibuk dengan aktifitasnya masing-masing. semua gerobak penuh oleh murid-murid. disalah satu bangku sudut kelas, seorang murid laki-laki sedang menikmati buku yang ada dihadapannya, sambil sesekali membetulkan posisi kacamatannya yang mulai terasa tak nyaman. dunia terasa miliknya sendiri. kegaduhan kelas tidak membuatnya terganggu, bahkan ia tidak mempedulikannya.

“wooi! bro…serius amat?baca apaan sich?tiba-tiba ia dikejutkan oleh sebuah suara. Ryan tampak dihadapanya, wajahnya tanpa dosa.

“astaghfirulloh, kemana saja? Tadi bu nia nyariin tuh! Tugas belum dikumpulin ya, maen terus sih!” meskipun terkejut ridwan tak menunjukannya, wajahnya masih datar, ketenangan masih bertengger disekelilingnya.

”waduh, aku lupa. Ibunya kemana? Kekantor ya? Ya udah, aku ke kantor dulu ya?” ryan panik sendiri, ia pun langsung nyelosor. Ridwan masih larut dalam bacaanya. Sesaat ia menatap sahabatnya pergi, nampak ryan berjalan tergesa-gesa keluar kelas, namun sebelum tubuhnya hilang dari pandangan, seorang gadis berpakaian rapih menyapanya, rambutnya terurai hingga bahu. Ryan tersenyum padanya. Gadis itu membalas senyumnya, lesung pipit bertenggerBeberapa saat mereka tampak terlibat pembicaraan serius, ridwan masih memperhatikan. Ia tak tahu apa yang mereka bicarakan, namun wajah ryan berubah seketika. Terlihat kerutan tanda kecemasan dimukanya, namun disatu sisi gadis itu nampak ketenangan yang sangat. Ridwan terus memperhatikan, hingga keduanya hilang dari pandangan. Ridwan kembali menyelami dunianya, namun otaknya masih dipenuhi oleh kejadian tadi. Astaghfirulloh apa yang hamba pikirkan? Tanyanya dalam hati.